Rayyan Arkan Dikha Sang ‘Aura Farming’ Pendiam Dirumah Menyenangkan Diujung Haluan Pacu Jalur
Di tengah derasnya aliran Sungai Kuantan, seorang bocah lelaki berdiri gagah di ujung haluan perahu panjang Pacu Jalur. Tubuhnya kecil, gerakannya lincah, dan tatapan matanya penuh percaya diri
JAKARTA IKKELA32.COM 8/7/2025 — Sebuah tradisi daerah bisa membuat klub sepak bola dunia ikut terpukau. Inilah yang terjadi pada Pacu Jalur, lomba balap perahu tradisional asal Kuantan Singingi Kuansing, Riau. Semula pacu jalur hanyalah festival budaya lokal yang meriah, identik dengan semangat gotong royong dan keindahan sungai di Riau. Namun, dalam beberapa minggu terakhir, festival ini mendadak viral di TikTok berkat atraksi “Si Tukang Tari” yang menari heboh di ujung perahu. Si Tukang Tari Maskot Semangat yang Bikin Viral Salah satu daya tarik utama pacu jalur adalah kehadiran tukang tari, sosok yang berdiri di ujung perahu sambil menari energik untuk menyemangati para pendayung.

Di tengah derasnya aliran Sungai Kuantan, seorang bocah lelaki berdiri gagah di ujung haluan perahu panjang Pacu Jalur. Tubuhnya kecil, gerakannya lincah, dan tatapan matanya penuh percaya diri. Dia menari, bukan di atas panggung, melainkan di atas sampan yang melaju kencang didayung puluhan pria dewasa. Nama anak itu Rayyan Arkan Dikha. Usianya baru sebelas tahun, tetapi, aksinya sebagai penari haluan dalam istilah lokal disebut Togak Luan telah mengantarkannya menjadi viral hingga ke luar negeri. Gerakannya yang khas, enerjik, dan spontan saat berdiri di ujung haluan perahu Pacu Jalur membuat banyak orang terpesona. Tak sedikit yang ikut memparodikan tariannya di media sosial, bahkan, hingga ke mancanegara dan disebut Aura Farming.

Dikha adalah anak dari pasangan Rani Ridawati (36) dan Jupriono (40), warga Desa Pintu Gobang Kari, Kecamatan Kuantan Tengah, Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Riau. Ibu Dikha bekerja sebagai honorer di BPBD Kuansing, sementara sang ayah adalah seorang kuli bangunan sekaligus atlet Pacu Jalur.
Di rumah, Dikha dikenal sebagai anak yang pendiam, santai, dan tidak banyak bicara. Namun, siapa sangka, saat berdiri di haluan perahu, ia berubah menjadi sosok yang memukau ribuan penonton. “Dia anaknya santai. Pulang sekolah main sama teman-temannya, kadang mandi ke sungai. Tapi kalau sudah naik ke jalur, dia berubah. Lincah, percaya diri,” tutur Ranj saat dihubungi, Minggu (6/7).
Dikha mulai menjadi Togak Luan sejak dua tahun lalu. Keinginannya ini muncul setelah melihat sang kakak yang dulu ikut sebagai tukang onjai (pendayung di bagian belakang). Dengan polosnya, Dikha meminta kakaknya berhenti dan memberikan giliran untuknya. Sejak itu, ia mengambil posisi di bagian paling depan perahu, sebagai anak haluan. Gerakan menari Dikha sepenuhnya dibuat sendiri, tanpa arahan atau pelatih.
Bahkan sang ibu mengaku, jika diminta menari ulang di rumah, Dikha justru menjadi kaku dan malu-malu. “Itu gerakan dia sendiri. Kalau saya suruh ulang di rumah, dia malah kaku, tetapi, kalau pas lomba, dia lepas, bebas, enggak grogi sama sekali,” lanjut Rani.
Ketenaran Dikha kini bukan hanya di Kuansing atau Riau. Banyak tawaran datang untuknya, termasuk dari televisi nasional dan bahkan dari luar negeri. “Kemarin ada yang nelepon dari Dubai, ngajak kerja sama, tetapi, karena bahasa Inggris, saya kurang ngerti juga. Jadi, ketawa aja,” ucap Rani.
Kini, bocah yang akrab disapa Dhika itu secara resmi dianugerahi sebagai Dura Wisata Riau oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau. Penghargaan ini diserahkan langsung oleh Gubernur Riau Abdul Wahid dalam sebuah acara yang dihadiri Aparatur Sipil Negara (ASN) Pemprov Riau pada Selasa, 8 Juli 2025.
“Atas jasanya memperkenalkan Pacu Jalur ke panggung lebih luas, Rayyan Arkan Dhika kita nobatkan sebagai Duta Pariwisata Riau. Kini hampir semua orang membuka mata bahwa tradisi dan budaya sangat berkembang di Riau, terutama Pacu Jalur,” kata Gubernur Riau. Ia menambahkan, pihaknya sangat mengapresiasi Dhika.
Meski viral keluarga tetap menjaga agar Dikha tidak terbuai popularitas. Mereka ingin Dikha tetap menjadi anak-anak biasa yang tumbuh dengan nilai-nilai kesederhanaan dan budaya. “Saya selalu ingatkan dia untuk jaga keseimbangan, jangan loncat dari perahu saat lomba. Keselamatan tetap nomor satu,” ucap sang ibu. Aksi lincah dan lucu ini membuat netizen jatuh hati, bahkan menjadi konten trending dengan jutaan views di TikTok dan media sosial lainnya.
Viralnya pacu jalur tak hanya menghibur, tetapi juga membawa dampak nyata. Klub sepak bola raksasa dunia seperti Paris Saint-Germain (PSG) dan AC Milan secara simbolis turut mengapresiasi keunikan budaya Indonesia ini. Fenomena ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh media sosial dalam mengenalkan budaya lokal hingga ke panggung internasional. Dari sebuah lomba dayung tradisional di sungai Kuansing menjadi perbincangan di Eropa.
Pacu jalur membuktikan bahwa kreativitas spontan dan keunikan tradisi bisa jadi senjata diplomasi budaya yang lebih ampuh. Kehadiran “Si Tukang Tari” yang atraktif, pacu jalur tidak hanya mempertontonkan keindahan lomba, tapi juga menggambarkan jiwa masyarakat Kuansing penuh semangat, humoris, dan kompak.
Lebih dari Lomba, Ini Soal Identitas Pacu jalur telah menjadi bagian dari identitas dan kebanggaan masyarakat Riau. Perahu panjang yang bisa memuat hingga 60 pendayung, penuh ukiran warna-warni, dan diiringi musik tradisional, memperlihatkan betapa kayanya warisan budaya Indonesia. Kini, dengan sorotan internasional, pacu jalur punya peluang besar untuk dijadikan agenda wisata budaya kelas dunia.