Negara Perlu Gairahkan Produksi Kapas dalam Negeri
SURAKARTA IKKELA32.COM (28/7/2025) — Anggota Komisi VII DPR RI, Rico Sia, menyoroti masih tingginya ketergantungan Indonesia terhadap impor benang dan bahan baku tekstil lainnya. Ia menegaskan pentingnya membangun kembali kemandirian industri tekstil nasional melalui pemberdayaan sektor hulu, khususnya petani kapas lokal.
“Kita harus kembali melindungi petani kapas, membangun kembali ekosistem bahan baku tekstil dalam negeri agar tidak terus-menerus impor,” ujar Rico dalam Kunjungan Kerja Reses Komisi VII DPR RI ke Surakarta, Jawa Tengah, Sabtu (26/7/2025).
Menurut Rico, dominasi impor dalam rantai pasok bahan baku membuat industri tekstil Indonesia rentan terhadap fluktuasi harga dan persaingan global.
Untuk itu, negara perlu menggairahkan kembali produksi kapas dalam negeri sebagai bahan dasar utama tekstil dan fesyen, sekaligus menciptakan nilai tambah ekonomi dari hulu hingga hilir.
Rico menekankan bahwa upaya ini hanya akan berhasil apabila pemerintah menerapkan kebijakan harga dasar bagi komoditas pertanian seperti kapas. Harga dasar ini diyakini dapat melindungi kesejahteraan petani, mendorong mereka untuk terus berproduksi, dan menciptakan iklim usaha yang stabil.
“Petani kita butuh jaminan harga agar mau kembali menanam kapas. Kalau harga anjlok, tidak ada yang mau menanam, akhirnya kita terus bergantung pada impor,” tambahnya.
Ditegaskan Rico, kuncinya harga dasar diberikan kepada petani-nya untuk produk standar berkualitas sehingga mereka bergairah untuk menanam. Dengan demikian akan berkelanjutan dan terus meningkat memenuhi kebutuhan produksi tekstil yang berkualitas, bahkan high end atau berkualitas tinggi yang dapat bersaing dengan merk merk internasional .
“Jika petani kita sejahtera, tentunya semakin bersemangat untuk menghasilkan produk produk yang lebih baik lagi dan seterusnya,” papar Rico.
Lebih lanjut, legislator Partai NasDem itu mendorong kolaborasi lintas sektor antara Kementerian Perindustrian, Kementerian Pertanian, serta Kementerian Koperasi dan UKM untuk menciptakan kebijakan terpadu dalam mendukung industri tekstil berbasis lokal.
Ia menilai sinergi ini penting agar bahan baku, proses produksi, hingga pemasaran produk tekstil dapat berjalan secara berkelanjutan dan kompetitif.
Selain menyasar pasar domestik, Rico yakin bahwa dengan ekosistem yang kuat dari sektor hulu hingga hilir, produk tekstil Indonesia akan mampu bersaing di pasar global, bahkan menjadi salah satu kekuatan ekspor baru di masa depan.
“Industri fashion kita punya potensi besar, pasar luar negeri juga terbuka lebar. Tapi semua itu hanya bisa dicapai jika kita punya bahan baku sendiri yang kuat dan berkualitas,” pungkasnya. (SW/*)