Sukabumi IkkeLa32.com (25/8/2025) — Kegiatan wisata religi selalu menarik minat kelompok atau komunitas alumni mantan anak sekolah di Jakarta ataupun daerah lain. Bermacam kegiatan selalu direncanakan jauh-jauh hari, bagi kaum urban yang purna bakti perkotaan atau pensi para pensiunan untuk mengisi momen-momen tertentu yang bersifat sosial keagamaan.
Tak kalah pula buat anak-anak mantan alumni 56-83 Melawai Jakarta Selatan ini. Selalu konsern terhadap kegiatan yang bersifat sosial untuk mengisi ruang-ruang hati para anggotanya. Kumpulan generasi 80-an ini belum lengkap kalau tidak dengan rutinitas baru menungkan berbagai gagasan positif. Kali ini mereka menggelar bakti sosial keagamaan di Pondok Pesantren (Ponpes) Daarul Hikmah di Kampung Cibereum, Desa Cikurutug Kecamatan Cireunghas, Kabupaten Sukabumi Minggu (24/8)
Sederhana, menyentuh berbagi keceriaan kepada para santri diarea lembah pegunungan Cireunghas dengan ponpes yang baru berdiri 8 tahun lamanya itu.
Alumni 56-83 memberikan apresiasi lebih berbagi donasi terbaik mereka dalam mewujudkan bakti kepada Ponpes yang sudah dilakukan kali ketiga kewilayah yang sejuk dikawasan Desa Cikurutug Pegunungan.
Ely Suhaeti didapuk sebagai pembawa acara membuka kebersamaan , diawali sambutan pembukaan oleh Muhammad Syarif sebagai ketua alumni. Haji Syarif menyatakan kebahagiaan nya “Sejak tahun 2006 alumni 56-83 dibentuk hari ini berusia 19 tahun, lagi ganteng-ganteng nya” seloroh Bang Haji sapaan akrabnya. “Divisi Pengajian dan Sosial 56-83 mengunjungi Ponpes Daarul Hikamah sudah yang ketiga” Tambah H. Syarif. “Semoga yang kami bawa dari Jakarta ini bisa bermanfaat bagi para santri” jelasnya. “Tak lupa memohonkan doa keberkahan atas partisipasi yang memberikan diberkahi kehidupan, semuanya, segalanya, selamanya” Pungkas Haji Syarif.
Pimpinan Ponpes Daarul Hikmah, H. Ahmad Dumyati menyambut gembira dengan mengatakan “Bahwa datangnya rombongan dari aumni 56-83 sudah sumringah, itu bukti dari ketulusan hatinya, bahwa datangnya itu ikhlas alhamdulillah” Ujar Ustadz Ahmad. lebih lanjut “Pada kesempatan ini Allah takdirkan, irodahkan, bertemu, bermuhajahah kita, ditempat ini Allah turunkan dan luncurkan rahmat dan maghfirah Nya”. Alhamdulilla semenjak alumni 56-83 sering berkunjung kesini ponpes semakin berwarna dan bersinar dengan niat baik diekspresikan para alumni kepada Santri-santriat disini”, tutup nya.
Acara berlanjut dengan Tausiah oleh Ustadzah Hj. Siti Fauziah yang terinspirasi dari cerita Nabi Sulaiman AS, yang memaknai amalan dan kisah ikhtiar tentang silaturahmi dan sodaqoh yang dapat melekatkan kenangan baik pada setiap insan beriman. diakhir tausiah harapan doa disematkan “mudah-mudahan wasilahnya bersodaqoh pada kesempatan ini kami terima semoga sodaqoh ibu bapak sekalian diterima oleeh Allah SWT”, Pungkas Ustadzah yang juga adalah istri dari Ustadz H.Ahmad Dumyati.
Seirama dengan sambutan, penutup dibawakan oleh Ustadz Ahmad Yani selaku alumni 56-83 dengan doa dan harapan. “Mudah-mudahan semua dikuatkan iman Islamnya oleh Allah SWT, dikuatkan tauhid dan akidahnya semuanya, semoga pesantren ini terus naik derajatnya, terus meningkat ilmunya yang barokah bermanfaat untuk masyarakat sekitar, bermanfaat untuk kita yang jauh datang kesini, dan ini suatu tanda pesantren ini barokah” Doa Ahmad Yani penuh hikmat. Acarapun diakhiri dengan ramah tamah serta makan bersama ala parasmanan botram.
Sejarah Ponpes Daarul Hikmah
Ponpes Daarul Hikmah berdiri sejak tahun 2017 sudah mendapatkan izin operasional dari Kemenag. didaerah pegunungan yang mengembangkan konsep menyatu kepada alam dalam menjalakan proses pengajaran dan pendidikan dalam jalur agama kepada para santri. “Ponpes Daarul Hikmah awalnya hanya sebuah ponpes kecil atau kobong yang usianya pun masih muda sekitar 8-9 tahun sebelum mendapatkan izin operasional dari Kemenag, yang awalnya semacam rumah singgah dan tempat para keluarga du’afa dimana ibu-ibu mereka adalah single parent yg menitipkan anaknya”, Ucap A. Muntaha salah satu Pembina Ponpes.
Makna utama kobong adalah tempat tidur bagi para santri yang berderet dan umumnya terbuat dari papan kayu atau bambu. Istilah ini sangat kental dengan tradisi pesantren di tanah Jawa, termasuk di kalangan santri Sunda, karena banyaknya pesantren tradisional di wilayah tersebut”.
lebih jauh Muntaha mengatakan “Ponpes Daarul Hikmah memiliki pertalian dengan ponpes Daarul Hikam ustadnya banyak dari Ponpes Selaeurih Al Hikmah Al Mahfudiyah yang memiliki kekerabatan dengan Daarul Hikam. Beberapa alumni ponpes Selaeurih – begitu sebutan yang lebih dikenal – adalah imam masjid-masjid besar di Sukabumi, salah satunya Masjid Agung Alun-alun Kota Sukabumi. Alumninya tersebar di berbagai kota dan kabupaten di Jawa Barat dan Banten”, Jelas Amung lulusan SMAN 6 Jakarta ini.
Senada dengan Amung Pimpinan Pesantrean memaknai nama Darul Hikmah sendiri sebagai perpaduan nama yang bersejarah secara historis bagi H. Ahmad bin Kamaludin, sejarah dan terbentuknya ponpes Daarul Hikmah ketika delapan tahun lalau sang Ayah Kamaludin atau ebih dikenal Abah Kamal, masih menjadi santri kalong. Ustad Ahmad menceritakan “Kebetulan istri saya ini alumni Al-Hikam juga saya dulu mondok di ponpes Al-Hikmah, makanya diambil nama “Daarul Hikmah” Daarul Rohmah Al Hikmah jadi Daarul HikMah, kita alumni dari Daarul Rohmah dan Al-Hikmatul Mafudiah”,
lebih dalam H. Ahmad menjelaskan “Di Ponpes daarul Hikamah juga diajarkan Ilmu Akidah, Takfiz. fiqiah, ilmu syariah tentu untuk menata ibadah, juga ilmu-ilmu sosial ekonomi kemasyarakatan yang berbasis agribisnis. Santri tidak hanya diajarkan ilmu agama saja tertapi dididik melek kedunia usaha perikanan, perkebunan alpukat dan kopi Darhik” jelasnya. “Jadi tahun depan Insya Allah kalau bapak Ibu datang kesini lagi sudah minum kopi Darhik” Pungkas Utadz H. Ahmad Dumyati [Bch*/]