Diskusi Publik Draf Penulisan Buku Sejarah Indonesia: Upaya Kementerian Kebudayaan Jaring Ide dan Masukan Masyarakat Lokal
Banjarmasin IkkeLa32.com 29/7/2025 – Setelah sebelumnya digelar di Universitas Indonesia, Depok (25/7), Diskusi Publik Draf Penulisan Buku Sejarah Indonesia kini menyambangi Banjarmasin, sebagai titik kedua dari empat lokasi yang diagendakan. Berlangsung di General Building Lecture Theatre, Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Banjarmasin, Kalimantan Selatan, diskusi publik ini bertujuan untuk menghimpun ide dan gagasan masyarakat lokal Banjarmasin dalam rangka penyempurnaan buku Sejarah Indonesia yang saat ini tengah disusun.
Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin dipilih sebagai lokasi kedua diskusi publik karena merupakan bagian dari upaya Kementerian Kebudayaan (Kemenbud) untuk “berbelanja ide” dari berbagai daerah. Dalam sambutannya, Direktur Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi Kementerian Kebudayaan, Restu Gunawan, menyampaikan bahwa forum di Banjarmasin ini menjadi ruang penting untuk menghimpun ide-ide lokal, termasuk dari kalangan sejarawan, budayawan, dan masyarakat lokal yang selama ini belum banyak terwakili dan mendapat ruang.
Restu Gunawan memandang diskusi publik ini menjadi ruang yang lebih dialogis dan dirancang agar para pemangku kepentingan, akademisi, hingga masyarakat umum dapat menyampaikan masukan yang konstruktif terhadap isi Buku Sejarah Indonesia. “Masih ada ruang untuk melakukan perbaikan-perbaikan jika sekiranya ada gagasan-gagasan yang belum masuk ke dalam buku. Bagaimanapun, kita sangat kaya akan sejarah, kami mendorong adik-adik, para sejarawan muda untuk terlibat dalam memberikan masukan,” jelas Restu Gunawan. Ia menambahkan, kegiatan ini juga menjadi upaya untuk memperkaya substansi buku.
Menurutnya, tidak semua hal bisa dimuat dalam satu jilid, buku ini merupakan sebuah awal. “Ke depan, kita akan memperkaya dan menambah jilid-jilid lainnya, mungkin lima hingga sepuluh jilid, bahkan bisa mencapai ratusan jilid, agar lebih representatif dan lengkap,” tegasnya.
Editor Umum Buku Sejarah Indonesia, Prof. Dr. Jajat Burhanudin, M.A, dalam pengantar diskusi, turut menyampaikan salah satu alasan penting Banjarmasin dipilih menjadi lokasi diskusi. “Saya sangat senang bisa berbagi ide di Banjarmasin karena Banjarmasin merupakan salah satu daerah yang sangat penting dalam kesejarahan Indonesia,” ujarnya.
Sementara itu, dalam laporannya, Direktur Sejarah dan Permuseuman, Agus Mulyana, menuturkan kepesertaan dalam diskusi publik ini terjaring dengan keterlibatan secara hibrida, baik daring dan luring. “Total peserta dalam Diskusi publik hari ini sebanyak 467 orang, ini merepresentasikan kesungguhan dan kepedulian besar masyarakat di Kalimantan Selatan dan sekitarnya khususnya di Banjarmasin tentang arti penting hadirnya buku Sejarah Indonesia.
Dengan membuka keran seluas-luasnya akses masyarakat untuk mengetahui lebih jauh tentang buku Sejarah Indonesia yang saat ini sedang disusun, kami menangkap pesan begitu pentingnya penulisan ini, termasuk kemungkinan untuk mengikuti secara live streaming di Indonesiana TV,” tuturnya.
Peserta diskusi publik berasal dari berbagai unsur dan elemen masyarakat, meliputi akademisi, mahasiswa lintas bidang ilmu, program studi ilmu sejarah dan pendidikan sejarah di beberapa perguruan tinggi di wilayah Banjarmasin dan sekitarnya, guru dan tenaga kependidikan, lembaga pemerintah dan non pemerintah, pusat sejarah di beberapa kantorkantor dinas, asosiasi dan masyarakat profesi, dinas yang membidangi pendidikan dan kebudayaan, pegiat dan pemerhati sejarah, jurnalis dan media, serta masyarakat umum. Diskusi Publik ini turut dihadiri oleh Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIII, Riris Purbasari dan para ketua jurusan di lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat.
Selaku tuan rumah, Wakil Dekan II (Bidang Umum dan Keuangan) FKIP Universitas Lambung Mangkurat, Dharmono, mengungkapkan rasa terima kasih dan kebanggaannya atas kehadiran para editor umum dan editor jilid yang bersedia berkumpul dan berbagi gagasannya di Universitas Lambung Mangkurat.
“Kami berterima kasih dan bangga atas diberikannya kesempatan dari Bapak Direktur Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi Kementerian Kebudayaan, Bapak dan Ibu Dosen selaku editor umum dan editor jilid, yang berkenan berkumpul di Universitas Lambung Mangkurat dan kebanggaan ini nanti akan terbayarkan kalau sempat mengunjungi wilayahwilayah kami di Kalimantan Selatan,” tuturnya.
Dipandu oleh Dosen Jurusan Pendidikan Sejarah ULM, Mansyur, sebagai moderator, di hadapan lebih dari 300 peserta yang memenuhi General Building Lecture Theater, para Editor Umum, yakni Prof. Dr. Susanto Zuhdi M. Hum; Prof. Dr. Singgih Tri Sulistiyono, M.Hum; dan Prof. Dr. Jajat Burhanudin, M.A memaparkan penjelasan umum berkenaan dengan Draf Penulisan Buku Sejarah Indonesia, skema ini juga diberlakukan pada Diskusi Publik di Universitas Indonesia pada 25 Juli silam. Diskusi dilanjutkan dengan paparan sepuluh jilid utama oleh Editor Jilid, yakni Prof. Dr. Akin Duli, M.A; Dr. Wanny Rahardjo, M. Hum; Prof. Usep Abdul Matin, M.A., M.A., Ph.D; Zacky Khairul Umam, Ph.D; Prof. Dr. Sarkawi, M.Hum; Prof. Dr. Purnawan Basundoro, M.Hum; Prof. Dr. Endang Susilowati, M.A; Nur Aini Setiawati, Ph.D; Prof. Dr. Erniwati, M. Hum; dan Dr. Linda Sunarti, M.Hum. Prof. Dr. Singgih Tri Sulistiyono, M.Hum selaku Editor Umum memaparkan bahwa Buku Sejarah Indonesia akan menawarkan kebaruan historiografis yang terdiri dari tiga aspek, yakni pengayaan temuan fakta baru, pembaruan bidang metodologis, dan aspek bidang perspektif.
“Atas dasar tiga pembaruan ini, penulisan sejarah Indonesia memiliki karakter yang inklusif, kritis, dan kontekstual dalam menghadapi tantangan global, yang sering kali membuat kita merasa terancam,” jelasnya. Setelah paparan dari Editor Umum dan Editor Jilid, diskusi publik dilanjutkan dengan sesi tanya jawab.
Salah satu peserta diskusi, Zulfaisal Putera, Kabid Ketahanan Ekonomi, Sosial, Budaya, Agama, dan Organisasi Kemasyarakatan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik, menyampaikan apresiasinya kepada tim penyusun buku sejarah atas pendekatan objektif yang diambil dalam penulisan. Ia memberikan sejumlah masukan penting, khususnya terkait perlunya pengungkapan peristiwa-peristiwa kelam yang selama ini kurang mendapat tempat dalam narasi sejarah nasional. Ia menyoroti kasus kerusuhan 23 Mei 1997 di Banjarmasin yang menelan ribuan korban dan pernah diusut oleh Komnas HAM.
“Mohon peristiwa ini dicatat dan dimasukkan agar masyarakat Indonesia mengetahui bahwa Banjarmasin pernah mengalami tragedi besar,” tegasnya. Ia juga menyarankan untuk menambah narasi sejarah tentang orang-orang Banjar yang memiliki perjalanan panjang. “Sebagai orang Banjar, kami berharap ada sejarah tentang orang Banjar, supaya buku ini benar-benar menjadi kitab sejarah untuk Indonesia,” harapnya.
Menyambung konteks lokal Banjarmasin, Mohamad Zaenal Arifin Anis, Dosen Jurusan Pendidikan Sejarah ULM, menekankan pentingnya mencatat perkembangan Islam di wilayah ini dan dimasukkan ke dalam buku Sejarah Indonesia. Ia menggarisbawahi bahwa Islam masuk ke Banjarmasin bukan melalui senjata, melainkan lewat guru agama.
Aspirasi juga datang dari ruang Zoom. Nilla Triwahyuning Tyas yang menanyakan strategi Kementerian Kebudayaan dalam memastikan bahwa penulisan sejarah Indonesia dapat merepresentasikan keberagaman perspektif lokal dan narasi komunitas terpinggirkan, khususnya dari wilayah luar Jawa, seperti Kalimantan, agar tidak terjebak pada sentralisasi sejarah yang bias dan kurang inklusif.
Menanggapi pertanyaan tersebut, Editor Umum, Singgih Tri Sulistiyono, menyatakan bahwa penulisan buku Sejarah Indonesia ini akan mewakili semuanya dan mengekspos suara-suara yang selama ini terpinggirkan. Ia menegaskan penulisan buku Sejarah Indonesia ini bisa merepresentasikan seluruh elemen kebangsaan.
Melalui Diskusi Publik Draf Buku Sejarah Indonesia ini, Kementerian Kebudayaan berharap bisa menjaring berbagai masukan yang membangun dan membuka peluang masyarakat untuk ikut mewujudkan hasil penulisan sejarah Indonesia yang relevan, adil, inklusif, dan inspiratif bagi seluruh rakyat Indonesia serta dapat diterima oleh semua pihak.
Sebagai penutup, Singgih Tri Sulistiyono selaku Editor Umum, menegaskan bahwa penulisan buku Sejarah Indonesia merupakan satu usaha di dalam rangka membangun kohesivitas sesama anak bangsa di tengah arus globalisasi yang sering menggerus identitas kita sebagai bangsa. “Penulisan ini didasarkan nilai-nilai kebangsaan, Pancasila, dan konstitusi NKRI,” pungkasnya. [adn*/]