Palestina Belum Merdeka

Buletin Kâffah Edisi 415 (25 Rabi’ul Akhir 1447 H/17 Oktober 2025 M)

0 112

DEPOK IKKELA32.COM (17/10/2025)

Kembali gencatan senjata antara Israel dan Hamas terjadi pada Jumat lalu (10/10). Kesepakatan gencatan senjata dicapai dalam negosiasi selama tiga hari. Mediatornya adalah Amerika Serikat (AS), Qatar, Mesir dan Turki.

Khalil al-Hayya, pimpinan Hamas, mengatakan pihaknya telah menerima jaminan dari AS dan mediator lain bahwa perang benar-benar akan berakhir. Pihak Israel menyatakan gencatan senjata akan mulai berlaku dalam 24 jam setelah disetujui. Setelah periode itu, pembebasan sandera di Gaza akan dilakukan dalam waktu 72 jam.

Harapan

Pasca gencatan senjata, bantuan kemanusiaan mulai memasuki Jalur Gaza melalui perbatasan Kerem Shalom. Bulan Sabit Merah (Egyptian Red Crescent) telah menyiapkan 400 truk bantuan kemanusiaan. Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) melaporkan lebih dari 170.000 ton makanan, obat-obatan serta perlengkapan darurat telah menunggu izin masuk ke Gaza. Menurut PBB, bantuan ini cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan lebih dari dua juta warga Gaza selama tiga bulan.

Ini menjadi harapan penduduk Gaza. Pasalnya, mereka telah mengalami blokade bantuan pangan selama berbulan-bulan. Sepanjang blokade tersebut, 2,1 juta penduduk Gaza mengalami kelaparan akut. Lebih dari 100 kematian penduduk terjadi akibat kelaparan. Hampir 90 persen dari 2,1 juta penduduk Gaza menjadi pengungsi. Mereka pun mengalami kelaparan dan gizi buruk.

Ribuan penduduk Gaza kembali ke daerah mereka masing-masing. Mereka mendapati pemukiman mereka telah porak-poranda akibat operasi militer zionis Yahudi. Dua tahun serangan oleh Israel mengakibatkan 90 persen bangunan hancur. Selain pemukiman, penduduk Gaza juga kehilangan rumah sakit, pasar, sekolah, masjid dan gereja. Mereka juga kesulitan akses air bersih, listrik dan jaringan seluler.

Gaza bukan hanya penjara terbesar di dunia. Gaza juga sudah menjadi killing field (ladang pembantaian) terbesar dalam sejarah kemanusiaan. Israel menjatuhkan nyaris 200 ribu ton bom untuk menghancurkan Gaza. Dampaknya, lebih dari 67 ribu warga Gaza terbunuh. Ribuan lainnya tidak ditemukan. Mereka tertimbun reruntuhan bangunan atau dieksekusi mati oleh militer Zionis.

Masih Terancam

Gencatan senjata ini memang bisa membuat penduduk Gaza sedikit menarik nafas lega. Namun sesungguhnya, Gaza—juga seluruh wilayah Palestina—belumlah merdeka. Sejumlah bahaya masih menghadang kaum Muslim Palestina.

Pertama: Tak ada jaminan entitas Yahudi menghentikan total agresi militernya. Terbukti, hanya beberapa jam usai gencatan senjata diumumkan, Israel kembali melancarkan serangan ke Gaza Utara. Sebanyak 30 warga sipil pun tewas.

Sudah menjadi tabiat Israel: mereka selalu mengkhianati berbagai perjanjian gencatan senjata. Hal ini sudah diketahui oleh semua negara di dunia. Termasuk negara-negara Arab. Anehnya, mereka selalu menyodorkan perjanjian gencatan senjata kepada Zionis Yahudi itu. Lebih aneh lagi, tidak pernah ada sanksi keras apa pun dijatuhkan atas Israel setiap kali mengkhianati perjanjian tersebut. Malah para pemimpin Muslim berbondong-bondong membuka hubungan diplomatik dengan Israel.

Kedua: Para pemimpin Arab dan Eropa telah mempersiapkan skenario pemerintahan transisi untuk Palestina. Dalam Deklarasi New York yang berlangsung di Markas PBB (12/9) sudah ditetapkan: jika gencatan senjata tercapai maka ada komite administratif transisi yang akan beroperasi di Gaza di bawah naungan Otoritas Palestina. Artinya, rakyat Palestina tidak serta-merta berdaulat menata pemerintahan di wilayahnya sendiri.

Proposal tersebut telah menyiapkan mantan PM Inggris, Tony Blair, yang akan mengepalai otoritas transisi pascaperang di Gaza, Palestina. Proposal ini sudah mendapat dukungan dari Gedung Putih sebelum menyerahkan kendali Gaza kembali kepada Palestina.

Kaum Muslim jangan melupakan reputasi Tony Blair. Dia bertanggung jawab atas Operasi Badai Gurun tahun 2003 pimpinan Amerika Serikat yang dibantu Inggris yang mengakibatkan Irak porak-poranda. Lebih dari satu juta penduduk Irak tewas akibat operasi militer tersebut. Padahal invasi itu dibangun dengan narasi dusta bahwa Irak memiliki fasilitas senjata pemusnah massal. Sampai perang usai, tudingan itu tidak terbukti sama sekali. Karena itu kondisi Palestina ini ibarat lepas dari mulut harimau masuk ke mulut buaya.

Ketiga: Andai perdamaian atau gencatan senjata terwujud, kawasan Gaza terancam kebijakan perlucutan senjata dan pelarangan kehadiran kelompok-kelompok pejuang Islam. Sebabnya, Amerika Serikat, sebagai salah satu mediator gencatan senjata, telah memiliki rancangan yang bernama “Comprehensive Plan to End the Gaza Conflict”. Di antara poin-poinnya adalah menjadikan Gaza sebagai kawasan bebas terorisme dan deradikalisasi. Tentu saja yang dimaksud kelompok teroris dan radikal adalah milisi pejuang Palestina, seperti Hamas.

Usulan Trump dan Netanyahu ini juga disetujui oleh negara-negara Arab dan pemerintahan Otoritas Palestina. Bahkan PM Palestina Mohamed Mustafa meminta agar Hamas menyerahkan kekuasaannya kepada pemerintahan Otoritas Palestina. Dia tidak peduli bahwa selama ini yang mempertahankan Gaza dari serangan militer Zionis Yahudi adalah kelompok-kelompok perlawanan. Hamas berada di garis terdepan.

Negara-negara Arab dan pemerintah Otoritas Palestina justru menyalahkan Hamas sebagai penyebab genosida berlangsung. Mereka sendiri hanya menjadi penonton kebiadaban Israel di Gaza.

Keempat: Negara-negara Barat dan Arab sudah menyiapkan pasukan keamanan gabungan untuk Gaza dan Palestina, Pasukan Stabilisasi Internasional (International Stabilization Force/ISF). Pasukan ini dibentuk oleh Amerika Serikat, Arab dan mitra internasional lainnya. ISF akan melatih serta mendukung polisi Palestina di Gaza sebagai badan keamanan internal jangka panjang. Ini sama artinya dengan menyerahkan keamanan kepada pihak asing yang tidak akan berpihak pada keamanan kaum Muslim.

Masih Terjajah

Solusi atas krisis Palestina yang disetujui oleh semua pihak adalah two state solution (solusi dua negara). Padahal sesungguhnya solusi ini adalah legalisasi penjajahan oleh Israel atas wilayah Palestina. Sebabnya jelas, seluruh wilayah Palestina—termasuk yang diduduki oleh Zionis Yahudi—adalah milik kaum Muslim. Seluruh wilayah Palestina adalah tanah kharaj karena masuk ke dalam kekuasaan Islam lewat penaklukan di era Amirul Mukminin Umar bin al-Khaththab ra.

Kini, setelah Zionis Yahudi menduduki dan merampas wilayah Palestina, sekaligus mengusir dan membunuhi penduduknya, mereka ingin agar eksistensinya diakui. Bahkan mereka ingin agar semua wilayah yang telah mereka rampas juga diakui secara sah sebagai milik mereka. Maka dari itu, pengakuan atas solusi dua negara sama hakikatnya dengan mengakui semua perampasan dan kekejaman Israel terhadap Palestina.

Dukungan para pemimpin Arab dan Dunia Islam atas solusi dua negara menunjukkan sikap tunduk dan kehinaan mereka di hadapan penjajah. Sikap ini juga menunjukkan kerelaan mereka atas keberlangsungan penjajahan atas Palestina. Mereka seperti buta dan tuli terhadap kewajiban menolong sesama Muslim. Nabi saw bersabda:

مَا مِنِ ٱمْرِئٍ يَخْذُلُ ٱمْرَأً مُسْلِمًا فِي مَوْضِعٍ تُنْتَهَكُ فِيهِ حُرْمَتُهُ وَيُنْتَقَصُ فِيهِ مِنْ عِرْضِهِ، إِلَّا خَذَلَهُ ٱللَّهُ فِي مَوْطِنٍ يُحِبُّ فِيهِ نَصْرَتَهُ،

Tidaklah seseorang (Muslim) menelantarkan seorang Muslim lainnya di tempat di mana kehormatannya dilanggar dan direndahkan, melainkan Allah akan menelantarkan dia di tempat di mana dia sangat ingin mendapatkan pertolongan (HR Abu Dawud, Ahmad, dan yang lainnya).

Agenda Umat Muslim

Pandangan Islam terhadap penjajahan di atas negeri Palestina telah jelas. Para ulama telah menyepakati kewajiban berjihad fî sabilillah untuk mengusir para penjajah. Imam Ibnu Qudamah al-Maqdisi (620 H) menyatakan bahwa jika kaum kafir menduduki suatu negeri kaum Muslim maka penduduk negeri itu wajib memerangi kaum kafir tersebut. Jika mereka tidak mampu maka kewajiban itu meluas kepada kaum Muslim yang ada di negeri sekitarnya (Ibnu Qudamah, Al-Mughni, 9/228).

Imam an-Nawawi (676 H) juga menyatakan bahwa jika kaum kafir menguasai sebagian negeri kaum Muslim maka seluruh kaum Muslim wajib mengorbankan jiwa demi membebaskan negeri mereka itu (An-Nawawi, Ar-Rawdhah, 10/216).

Dasarnya adalah ayat-ayat al-Quran yang memerintahkan jihad. Di antaranya firman Allah SWT:

وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَكُمْ

Perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kalian (TQS al-Baqarah [2]: 190).

Kasih-sayang terhadap derita penduduk Gaza seharusnya diwujudkan dalam bentuk jihad fî sabilillah mengusir Israel, bukan mengakui eksistensi negara zionis. Inilah yang Allah SWT wajibkan.

Hari ini kewajiban mulia tersebut diabaikan oleh para penguasa Muslim. Mereka memilih tunduk pada keputusan Barat, termasuk PBB. Mereka menyerahkan loyalitas mereka kepada pihak-pihak yang sebenarnya terlibat dalam penyembelihan Palestina.

Maka dari itu, wahai kaum Muslim! Kita membutuhkan kepemimpinan global yang benar-benar melindungi kita. Itulah Khilafah Islam yang telah diwajibkan oleh syariah Islam. Khilafah inilah yang bakal menjadi perisai umat Islam sedunia. Hanya dengan Khilafah kehormatan, harta dan jiwa umat Islam sedunia terpelihara. Khilafahlah yang akan menyatukan seluruh negeri Muslim, memimpin mereka, lalu mengibarkan jihad fî sabilillah untuk mengusir para penjajah dari negeri-negeri kaum Muslim, khususnya Palestina.

Janganlah kita condong kepada para pemimpin zalim yang membiarkan kezaliman terus berlangsung di Gaza. Sikap condong kepada para pemimpin zalim sama artinya dengan menyetujui kezaliman mereka. Allah SWT telah memperingatkan:

وَلَا تَرْكَنُوا إِلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا فَتَمَسَّكُمُ النَّارُ

Janganlah kalian condong kepada orang-orang yang zalim sehingga kalian nanti akan disentuh oleh api neraka (TQS Hud [11]: 113).

WalLâhu a’lam.

Hikmah :

Nabi saw. bersabda:

لَغَيْرُ الدَّجَّالِ أَخْوَفُنِي عَلَى أُمَّتِي قَالَهَا ثَلَاثًا. قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، مَا هَذَا الَّذِي غَيْرُ الدَّجَّالِ أَخْوَفُكَ عَلَى أُمَّتِكَ ؟ قَالَ: أَئِمَّةً مُضِلِّين

”Sungguh selain Dajjâl, ada yang sangat membuat aku khawatir atas umatku.” Beliau mengatakan demikian sampai tiga kali. Lalu Abu Dzar ra. berkata: Aku bertanya, ”Wahai Rasulullah, apa yang lebih Engkau khawatirkan atas umatmu selain Dajjâl?” Beliau menjawab, ”Para pemimpin yang menyesatkan.” (HR Ahmad).

Leave A Reply

Your email address will not be published.