Guru Besar UI Dorong Inovasi Nano Teknologi Untuk Sediaan Obat Herbal Indonesia

 

 

Depok, (ikkela.com) 16 April 2025. Universitas Indonesia (UI) mengukuhkan Prof. Dr. apt. Mahdi Jufri, M.Si. sebagai Guru Besar Tetap Bidang Teknologi Sediaan Herbal, Fakultas Farmasi UI, pada Rabu (16/4), di Balai Sidang Kampus UI Depok. Ia ditetapkan sebagai guru besar ke-25 dari total 472 guru besar UI, setelah menyampaikan pidato berjudul “Pengembangan Nanovesikel untuk Formulasi Sediaan Herbal dalam Menunjang Industri Farmasi dan Kosmetik di Indonesia”.

Dalam orasinya, Prof. Mahdi menekankan pentingnya pengembangan teknologi penghantaran obat berbasis nanoteknologi untuk meningkatkan efektivitas sediaan herbal. Sistem penghantaran ini berpotensi meningkatkan aktivitas biologis dan mengatasi berbagai permasalahan. Dalam hal ini, sistem penghantaran obat tersebut dikenal dengan Novel Drug Delivery System (NDDS) yang dapat dimanfaatkan sebagai sistem penghantaran produk sediaan herbal dalam bentuk sediaan farmasi maupun kosmetik.

Aplikasi NDDS pada produk herbal memiliki beberapa keuntungan, di antaranya meningkatkan kelarutan, bioavailabilitas, aktivitas farmakologi, serta penghantaran yang diperlambat mampu melindungi dari pH ekstrim dalam lambung. Selain itu, aplikasi ini juga dapat meningkatkan stabilitas, memperbaiki biodistribusi, mencegah terjadinya degradasi fisik ataupun kimia, serta mengurangi toksisitas. Pembuatan sediaan berbasis teknologi NDDS dapat menjadi alternatif dalam pembuatan produk sediaan herbal.

Prof. Mahdi menyebut pengembangan ini perlu dilakukan karena meski memiliki potensi keanekaragaman hayati yang luar biasa, Indonesia hanya menguasai kurang dari 1% pasar herbal dunia. “Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI, terdapat 19.871 tanaman obat yang digunakan sebagai ramuan tradisional. Sebanyak 16.218 telah diidentifikasi, namun baru sekitar 9.600 spesies yang diketahui memiliki khasiat obat. Untuk itu, dibutuhkan pendekatan industrialisasi fitofarmaka dan modernisasi pengolahan obat herbal,” ujarnya.

Menurutnya, pengembangan obat herbal di Indonesia memerlukan fasilitas uji praklinis dan uji klinis agar sediaan obat herbal Indonesia bisa diakui di pasar global. Fasilitas uji tersebut harus dikembangkan di berbagai daerah, tidak hanya terpusat di Jakarta ataupun Jawa. Hal ini bisa dilakukan dengan berkolaborasi dengan perguruan tinggi, kementerian teknis, dan pemerintah daerah, baik dari sisi riset dan pengembangan maupun pengujian obat.

“Pengembangan inovasi dan teknologi di bidang obat herbal, terutama fitofarmaka harus berujung pada industrialisasi, sehingga Indonesia bisa mengurangi, bahkan lepas dari ketergantungan terhadap bahan baku obat yang saat ini 90 persen masih diimpor. Jika industri farmasi berbasis fitofarmaka lokal dikembangkan, Indonesia tidak hanya melepaskan diri dari ketergantungan

impor bahan baku, tetapi juga bisa menjadi salah satu eksportir sediaan obat herbal terbesar di dunia,” kata Prof. Mahdi.

Pada kesempatan itu, ia juga menyampaikan berbagai hasil riset unggulan yang meliputi nanoemulsi minyak sawit kaya antioksidan sebagai suplemen untuk balita, nanoemulsi kurkumin untuk sediaan injeksi antiinflamasi, gel liposom dari ekstrak kulit manggis untuk anti-aging, serta produk “Belimbing Island” sebagai hasil hilirisasi penelitian ekstrak buah belimbing dewi yang telah dipasarkan secara luas sebagai produk kosmetik inovatif. Ia berharap inovasi-inovasi ini dapat terus dikembangkan hingga memberikan manfaat luas bagi masyarakat.

Penelitian Prof. Mahdi terkait pengembangan obat herbal menunjukkan ketertarikannya pada bidang tersebut. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, antara lain Development of Stability Study of SLN Moringa Seed Oil as Anti-Ageing (2024); Development and Optimization of Asiaticoside Nanoemulsion Formulation by Box-Behnken Design (2024); dan Nanoemulsion Curcumin Injection Showed Significant Anti-Inflammatory Activities on Carrageenan-Induced Paw Edema in Sprague-Dawley Rats (2022).

Sebelum dikukuhkan sebagai guru besar, Prof. Mahdi menamatkan pendidikan S1 Ilmu Kefarmasian Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Ilmu Alam (FIPIA) UI pada 1985; S2 Ilmu Kefarmasian Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UI tahun 2003; dan S3 Teknologi Farmasi/Farmasetika, Universiti Kebangsaan Malaysia pada 2011. Saat ini, ia menjabat sebagai Ketua UKK Pharma UI dan pernah memimpin Fakultas Farmasi UI sebagai Dekan selama dua periode, yakni 2013–2017 dan 2017–2021.

Acara pengukuhan guru besar Prof. Mahdi turut dihadiri para tamu undangan, di antaranya Anggota DPR RI Periode 2004–2024, Drs. Apt. Chairul Anwar, Kepala Basarnas RI Periode 2015– 2019, Marsekal Madya TNI (Purn.) Muhammad Syaugi Saleh; Direktur Utama RS Harapan Kita Periode 2006–2010, dr. Faisal Baraas, Sp.JP; dan Direktur Corporate Manufacturing, Quality & Regulatory PT Kalbe Farma, Tbk., Dra. Nurul H. Yusuf, Apt., M.M. (RH.dirhums)

Comments (0)
Add Comment